Senin, 08 Juli 2013

BAB SUWUK

BAB SUWUK....AYO NYUWUK REEEEK.....
Sekali lagi, seperti bab shalawat nariyah yang kualami, maka aku tidak bisa mempercayai apa kata orang, kurang atau lebih dari yang kualami sendiri. Suwuk juga sama. Aku mempercayai apa yang kualami. Dan itu yang akan kucerita disini.
Aku tidak berkepentingan dan tidak akan perduli, andai ada orang bicara macam macam. Simply karena itu berarti satu hal saja, orang itu ‘kupech’ dan begitu tumpul dalam membaca bahasa tak kasat mata. Maka sebelum panjang cerita, yang tidak sepaham denganku tentang bahasa tak kasat mata, ya silahkan minggir saja.
Bahasa tak kasat mata, selalu lewat orang tua. Itu bab yang paling utama. Orang tua kita memang kasat mata, bahasanya juga kasat mata (dalam artian bisa ditulis dan didengar dengan panca indera), tapi yang lebih dihitung oleh Rabbuna atas komunikasi kita dengan orang tua adalah bahasa tak kasat mata nya. Jika anda tidak sepaham dengan ini, maka sebelum lebih jauh membaca, saya sarankan untuk minggir saja. Saya tidak mau berantem.
Ada banyak hal di dunia ini yang memang kasat mata, padahal yang LEBIH dihitung oleh Rabbuna adalah justru yang tidak kasat mata. Sederhananya, apapun yg diklasifikasi sebagai adab atau budi, seperti tentang baik dan benar, bagus dan berbudi, sopan dan beradab dan semacamnya, adalah tentang tata bahasa yang tidak kasat mata. Dimana kualitas kita, terbentuk dari bagaimana orang tua dan lingkungan kita dalam mengajarkannya. Dan it stays longer than you could expect. Maka saya tidak mau berantem soal ini. Jika anda paham, silahkan teruskan membaca, Jika tidak sepaham, maka silahkan ganti halaman lainnya.
Suwuk adalah doa. Intinya itu. Doa seseorang yang dititipkan pada sesuatu (biasanya air atau kristal) dan bisa dibawa pulang, lalu, dipasangkan pada badan. Sederhananya begitu.
(a) Apakah air dan kristal (garam) bisa dititipi doa.  Yang ilmuwan jepang saja sudah membuktikannya, apa Anda mau berdebat dengan saya?
(b) Air atau garam suwuk sebenarnya juga cermin, bahwa batere seseorang sedang bermasalah. Dayanya untuk berdoa sedang membutuhkan tenaga tambahan. sel sel tubuhnya mungkin sedang rusak, atau sekedar kelelahan. Pokoknya, sel tubuhnya yg harusnya terus diajak berdoa, sedang bermasalah. Maka diundanglah air atau kristal garam itu, untuk mengajak sel sel tubuh, kembali berdzikir, seperti seharusnya.
Mommy, sepulang umroh, stamina nya menurun. Masalah sederhana bagi manusia lainnya. Debu dan AC. Tubuhnya mommy ndak kuat utk 2 hal itu. Ditambah, beberapa kali menyeberang masjid, melawan arah putaran thawaf. Gesekan magnet tubuh dengan arah putaran thawaf, menghabiskan batere badannya.
Akibatnya, banyak ion dan partikel negatif yang menempel padanya dan dibawa pulang.
Tidurnya gelisah, bisa dibilang, tidak bisa tidur. Telinga seperti mendengar aneka suara. dan air muka kelelahannya itu lho. membuat tidak tega yang melihatnya.
Obat bukan solusi. Obat penenang apalagi. Sel tubuh yg rusak, ditambahi obat penenang, bisa malah berangkat. Maka, ketika dokter bilang mommy cuma kelelahan saja, alias tidak ada penyakit berat. Aku segera meminta suwuk ke ‘piket penjaga kota’. Kebetulan, tadz Juki (KH. Marzuki Mustamar).
Suwuk ‘cuma’ berupa garam yang dicampur air dan diminum. Tadz Juki  mengingatkan utk makan dan pijet (relaksasi). Aku punya terjemahan panjang tentang perintah itu. Tapi intinya sederhana, suwuknya kristal, maka itu berarti sel tubuhnya mommy banyak yang rusak atau minimal pingsan. Ibarat listrik yg turun, switchnya tinggal dinaikkan. Malam itu juga, aku bisa mengukur efeknya terhadap suara tidur mommy. Dan dalam 3 hari, sudah sama sekali teratasi. Aku bisa membedakan mana yg sakit, dan mana yg efek sel pingsan berdzikir dan membutuhkan suwuk di cerita ini.
Singkatnya, sesi berikutnya tinggal ke dokter ahli dalam karena batuknya mommy ‘di dalam’. Sambil terus terapi air, dalam rangka mendetox badan. Makanan selama di luar rumah, minimal mengandung vetsin, dan itu yang perut mommy tidak tahan.
Apa saya pasrah pada suwuk? Jelas tidak. Karena masalah badannya mommy memang ada beberapa. Dan suwuk, adalah salah satu solusi untuk satu lapisannya. Begitu mommy bisa tidur dengan tenang dan tidak lagi halusinasi, mommy bisa dzikiran, dhuha, dan meneruskan hafalannya seperti biasa lagi. Badannya mengobati dirinya sendiri. Sisanya, soal batuknya, itu memang ada masalah karena ada flek di paru. Dan itu membutuhkan dokter ahli dalam utk mengurusinya. Membantu sel tubuh yang sudah bisa kembali berdoa.
Memutuskan itu, meski tampak sederhana, memerlukan otak juga. Jika tidak tenang dalam melihat masalah, hampir pasti, solusinya pun ‘nggeladrah’ alias tak jelas arah.
Kesimpulan: suwuk adalah sama logisnya seperti obat. Hanya beda di budi dan adab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar